Surabaya, Respublika – Bulan Juni merupakan bulan Soekarno, sang Proklamator negeri ini. Khusus di Surabaya, bulan Soekarno menjadi bulan yang teramat istimewa, karena Bung Karno yang merupakan sang putra fajar lahir di Kota Surabaya pada tanggal 06 Juni 1902.
Ajaran dan pengaruh Bung Karno Presiden pertama di republik ini begitu kuat pada masanya, terutama sebagai pencetus Pancasila dan UUD 1945.
Mengenai apakah ajaran Bung Karno masih relevan di zaman now ini, Sekretaris DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya, Baktiono dengan tegas mengatakan masih sangat-sangat relevan.
“Masih uptodate dan tidak lekang dengan zaman, ajaran Bung Karno di negeri ini. Karena beliau merupakan The Founding Father bangsa yang kaya raya potensi alam dan SDM nya ini,” ujar Baktiono di Surabaya, Jumat (17/06/22).
Ia menjelaskan, ajaran Bung Karno terutama dalam Sila Pertama dari Pancasila yaitu, Ketuhanan Yang Maha Esa, disini menegaskan setiap warga negara Indonesia berhak memiliki penganut agama masing-masing, dan kepercayaan masing-masing tanpa ada paksaan.
“Di Indonesia ini ada 136 lebih penganut kepercayaan, dan ada lima agama, siapapun boleh menganut kepercayaan dan agamanya masing-masing sedikitpun tanpa ada paksaan. Ini termaktub dalam sila pertama dari Pancasila,” terang politisi senior PDIP Kota Surabaya ini.
Lebih lanjut Baktiono menerangkan, kepercayaan dan agama merupakan penganut yang tidak boleh dipaksakan kepada siapapun untuk memanut salah satu kepercayaan dan agama.
Dalam sila pertama ini sudah terwadahi semuanya, terang Baktiono, tidak menunjuk salah satu agama saja. Karena pada waktu itu Bung Karno selaku Ketua Panitia 9 yaitu Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang merumuskan dasar negara, dimana kata Ketuhanan yang Maha Esa di taruh paling atas dari dasar negara ini yaitu, Pancasila.
Jadi, tambah Baktiono, isi Pancasila sampai kapanpun masih uptodate dan tetap menjadi dasar negara ini yang masih relevan bagi anak milenian di zaman now ini.
“Sampai saat ini masih relevan, dan di Bulan Bung Karno ini mari kita sama-sama memperingatinya. Sebab, Bung Karno bukan hanya milik warga Surabaya saja tapi nasional, bahkan dahulu menjadi milik masyarakat internasional,” pungkasnya.(trs)