Surabaya, newrespublika – PDI Perjuangan Kota Surabaya menggelar refleksi kelahiran Bung Karno, Kamis 6 Juni malam. Peringatan berlangsung di rumah Jalan Pandean Gang 4 nomor 40, tempat kelahiran Bung Karno.
Bung Karno lahir 6 Juni 1901 di Kota Surabaya. “Peringatan ini satu menjadi bagian dari Juni Bulan Bung Karno. Sebelumnya kita peringati Hari Lahir Pancasila 1 Juni lalu, dalam upacara yang diikuti kader-kader PDI Perjuangan,” kata Adi Sutarwijono, Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya.
Kemudian, 21 Juni 1970, dikenang sebagai wafatnya Presiden RI pertama, Ir. Sukarno. Wafat di Jakarta dan dimakamkan di Kota Blitar.
“Tiga peristiwa penting itu, yang membuat bulan Juni menjadi istimewa bagi Bung Karno. Bapak Bangsa dan Proklamator Kemerdekaan Indonesia telah mewariskan gagasan-gagasan besar dan brilian kepada generasi penerus,” ujar Adi Sutarwijono.
Peringatan kelahiran Bung Karno di Pandean kemarin malam juga dihadiri oleh Wakil Walikota Surabaya, Armuji, Ustadz Aris Yoyok dan ratusan kader-kader PDI Perjuangan dan warga masyarakat.
Dalam sambutannya, Armuji menyampaikan, bahwa di rumah kecil dan sederhana di Jalan Pandean Gang 4 nomor 40, Bung Karno ketika fajar pagi mulai merekah. Itu sebabnya Bung Karno juga dikenal sebagai dengan sebutan Sang Putra Fajar.
“Rumah kecil dan sederhana ini, 123 tahun lalu telah melahirkan tokoh besar, yang kelak membebaskan bangsanya. Gagasan-gagasan Bung Karno menggedor dan bergema sampai dunia internasional,” kata Armuji.
Ia juga mengingatkan, bahwa Bung Karno adalah arek Suroboyo. Mewarisi karakter jiwa arek-arek Suroboyo yang pemberani, egaliter, memiliki persaudaraan kuat, dan berterus terang atau blak-blakan.
“Bung Karno dikenal pemberani dan menentang keras ketidakadilan, penindasan. Membebaskan bangsanya dari belenggu penjajahan. Sikap inilah yang harus kita warisi dalam membangun Kota Surabaya. Mengutip Bung Karno, kita warisi apinya, jangan abunya!” kata Armuji.
Peringatan hari kelahiran Bung Karno ditandai dengan pemotongan tumpeng oleh Wakil Walikota Surabaya, Armuji. Tumpeng diserahkan kepada Ibu Farida, Ketua RT di kampung Farida atau dikenal “kampung Soekarno”.
“Mohon dijaga dan dirawat terus kampung ini sebagai tetenger kelahiran Bung Karno,” kata Armuji kepada Ibu Farida.
Sukarno lahir 6 Juni 1901 di Surabaya. Di kampung Pandean Gang 4 nomer 4 D. Ayahnya bernama Soekemi Sosrodiharjo dan ibunya bernama Ida Ayu Nyoman Rai dari Bali. Ayahnya guru sekolah Ongko Loro di Sulung (sekarang: SDN Alun-Alun Contong). Tak jauh dari Pandean Gang 4.
Kemudian keluarganya berpindah ke beberapa wilayah, karena ayahnya berpindah tugas mengajar sampai akhirnya menetap di Kota Blitar.
Waktu usia sekolah menengah, Bung Karno indekos di rumah HOS Tjokroaminoto, pemimpin Sarikat Islam, di Jalan Peneleh Gang VII No. 29-31. Bung Karno remaja sekolah di Surabaya (sekarang Kantor Pos Jalan Kebon Rojo).
Bung Karno melanjutkan belajar di perguruan tinggi di Bandung, tepatnya Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang ITB, Institut Teknologi Bandung) hingga lulus meraih gelar insinyur.
Di Bandung, Bung Karno mendirikan Partai Nasional Indonesia bersikap non-kooperatif dengan kolonial Belanda. Akibat sikap perlawanan keras terhadap Belanda, Bung Karno dipenjara dan dibuang ke sejumlah tempat, salahnya di Ende, Flores.
Tanggal 17 Agustus 1945, Bung Karno dan Bung Hatta membacakan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia. (trs)