Surabaya, Respublika – Ditengah acara ‘Cangkrukan Media’ Kantor Regional IV Otoritas Jasa Keuangan Provinsi Jawa Timur, OJK menyebut literasi dan inklusi keuangan di Jatim baik tajam.
“ Hasil Survey Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) menyebutkan indeks literasi dan inklusi keuangan Jawa Timur meningkat,” ujar Kepala OJK Regional IV Jatim, Bambang Mukti Riyadi kepada wartawan di kantor OJK Jatim Surabaya, Kamis (23/02/23).
Ia menjelaskan, indeks literasi di Jatim pada tahun 2022 sebedar 55,32% lebih tinggi dari nasional sebesar 49,68%. Sementara inklusi keuangan Jawa Timur pada tahun 2022 sebesar 92,99% dan nasional hanya 85,10%.
“Kami sampaikan terima kasih pada teman-teman media yang ikut membantu melakukan literasi oada masyarakat. Karena peran media cukup besar dalam literasi ini.
Bambang M. Riyadi menerangkan, Inklusi Keuangan (SNLIK) merupakan survei berskala nasional yang diselenggarakan secara tiga tahunan oleh OJK untuk memetakan keadaan terkini dari tingkat literasi dan inklusi keuangan masyarakat Indonesia.
“Target responden meliputi masyarakat baik di perkotaan dan pedesaan, rentang usia 15-79 tahun, serta terdistribusi rata antar gender pria dan wanita,” ungkap Kepala OJK Jatim ini.
Sementara dari sisi pertumbuhan ekonomi, kata Bambang M. Riyadi, Provinsi Jawa Timur merupakan episentrum perekonomian kawasan Indonesia timur. Ini karena pertumbuhan ekonomi di Jatim sangat menggeliat.
“ Jawa Timur penyumbang perekonomian terbesar kedua (Q4 2022) di Pulau Jawa dengan kontribusi sebesar 24,99%. Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada Triwulan IV 2022 sebesar 4,76% (yoy). Sejak Triwulan II 2021 pertumbuhan ekonomi Jawa Timur menunjukkan tren positif,” terang Bambang.
Dirinya menambahkan, sementara sektor industri pengolahan menjadi motor penggerak perekonomian Jawa Timur dengan kontribusi sebesar 30,93% diikuti dengan sektor perdagangan sebesar 19,14%.
Pada Triwulan IV 2022, jelas Bambang, sektor industri pengolahan menyumbang porsi terbesar pada PDRB Jawa Timur sebesar 30,93% dengan pertumbuhan sebesar 4,71% (yoy).
“ Secara umum industri pengolahan masih berada pada fase ekspansi khususnya industri makanan dan minuman, industri kulit, dan industri kimia,” tutur Bambang.
Namun, tambah Kepala OJK Jatim tersebut, industri tembakau tertekan akibat kenaikan cukai tembakau, sedangkan industri tekstil harus menghadapi tekanan kenaikan harga bahan baku dan penurunan permintaan luar negeri.
Bambang Mukti Riyadi kembali menjelaskan, sektor perdagangan menyumbang porsi sebesar 19,14% pada PDRB Jawa Timur dengan pertumbuhan yoy sebesar 5,83%.
“ Pertumbuhan Industri Perdagangan mendukung ekspor antar daerah Jawa Timur utamanya ke wilayah timur Indonesia,” pungkasnya. (trs)