Surabaya, Respublika – Politisi PDI Perjuangan yang juga Wakil Ketua Komisi B DPRD Kota Surabaya Anas Karno, Sabtu (30/07/22) mengunjungi kampung Blauran Kidul, guna mengecek langsung laporan warga yang sudah 10 tahun tidak mendapatkan suplai air bersih dari PDAM Surya Sembada.
Seperti diketahui, layanan ketersediaan air bersih PDAM Surya Sembada Surabaya kembali menjadi sorotan. Perkampungan padat penduduk di pusat kota Surabaya sudah 10 tahun tidak dapat menikmati air bersih PDAM.
“Sudah 10 tahun air PDAM mati. Kita sudah berkali-kali lapor ke pihak PDAM bahkan datang ke kantor PDAM tapi hasilnya nihil. Pipa saluran PDAM sampai sekarang belum diperbaiki,” ujar Mohammad Zulkarnaen warga Blauran Kidul gang1 nomor 8, kepada Anas Karno Wakil Ketua Komisi B DPRD Surabaya, saat mendatangi lokasi pada Sabtu sore (30/07/2022).
Lebih lanjut Zul mengatakan, ada sekitar 20 rumah yang tidak mendapat layanan air bersih PDAM. “Pemukiman ini perbatasan. Jadi barisan rumah di sebelah barat masuk Blauran Kidul gang 1, sedangkan disisi timur masuk Kebangsren,” imbuhnya.
Zulkarnaen menjelaskan, dulu pernah ada petugas PDAM yang datang ke kampung mereka, untuk melakukan pengukuran. Namun sampai sekarang tetap saja tidak ada perbaikan. “Tunggu anggaran,” ucap Zul menirukan perkataan dari pihak PDAM Surya Sembada.
Zul kembali menjelaskan, untuk memenuhi kebutuhan air bersih, warga membeli ke penjual air keliling. “Warga mendapatkan air bersih, untuk mencuci, masak, mandi dengan membeli air gledekan. Setiap bulan habisnya Rp 500 ribu sampai Rp 600 ribu. Kalau tidak ada penjual air gledekan kita beli air galon isi ulang,” ungkapnya.
Menurut Zul, dirinya memanfaatkan air sumur untuk mandi. Tapi kondisi airnya keruh. “Mau gimana lagi. Terpaksa untuk menghemat biaya. Padahal kita ini tinggal di pusat kota,” keluhnya.
Sementara itu bu Tia warga lainnya menambahkan, meski air bersih PDAM tidak mengalir, warga tetap dikenakan tagihan untuk administrasi.
“Ketika bulan Januari, Maret, April tagihannya sekitar Rp 18 ribuan. Namun setelah itu naik menjadi sekitar Rp 60 ribu lebih. Tidak dapat air tapi tetap disuruh bayar,” keluhnya.
Akibatnya ada sedikitnya 3 warga yang berhenti menjadi pelanggan PDAM, karena keberatan membayar.
Wakil Ketua Komisi B Anas Karno prihatin atas kondisi warga tersebut. “Apalagi perkampungan ini letaknya dipusat kota, pusat kegiatan bisnis segi empat emas, dekat dengan kampung Ketandan dan Tunjungan Romansa, yang saat ini menjadi ikon wisata Surabaya,” tegasnya.
Politisi PDIP Surabaya itu meminta, supaya PDAM Surya Sembada segera menangani persoalan tersebut, sehingga warga tidak lagi susah akan air bersih.
“Sebenarnya ini perkara mudah. Wong jaringan pipa di kampung ini sudah ada. Didukung juga jaringan dikampung sekitarnya juga ada. Apalagi aliran air di kampung tetangga juga normal,” jelasnya.
Anas menekankan supaya PDAM Surya Sembada lebih detail lagi terhadap layanan ketersediaan air bersih, bagi warga Surabaya. Karena masih banyak warga Surabaya, yang belum mendapatkan air PDAM.
“Apalagi pak Dirut PDAM Surya Sembada yang baru, sekarang lagi giat menambah pemasangan PDAM, untuk mengejar target tahun 2023 seluruh warga Surabaya mendapatkan air bersih PDAM,” pungkasnya.(trs)