Surabaya, newrespublika – Selasa (05/11/24) kemarin, Komisi D DPRD Kota Surabaya memanggil manajemen RSUD Dr. Soewandhi terkait viralnya insiden terhadap pasien yang di ‘duga’ tidak dilayani tenaga medis rumah sakit daerah milik Pemkot Surabaya tersebut.
Usai hearing, anggota Komisi D dari Fraksi PKS, Johari Mustawan kepada wartawan mengatakan, tenaga medis RSUD Dr. Soewandhi sudah menjalankan tugas secara maskimal dalam menangani pasien.
Hanya saja, kata Bang Jo sapaan Johari Mustawan, yang perlu diperhatikan bagaimana mensinkronkan antara kebutuhan informasi yang didapatkan keluarga pasien dengan pihak rumah sakit.
“ Jadi tidak benar ada malpraktek di RSUD Dr. Soewandhi yang viral di publik. Bahkan, tenaga medis dan para dokter sudah maksimal melayani pasien, cuma kondisinya saat itu ramai sehingga terjadi miss komunikasi itu saja,” ujar Bang Jo di Surabaya, Selasa (05/11/24).
Ia menjelaskan, manajemen RSUD Dr. Soewandhi sudah menjalankan protap. Hanya saja standar rumah sakit yaitu, standar profesi, standar layanan rumah sakit, dan standar operasional itu perlu dikuatkan lagi komunikasinya dengan pihak keluarga pasien.
Sebaliknya, tegas Bang Jo, pihak keluarga pasien juga saat meminta informasi kepada pihak rumah sakit agar dilakukan secara demokratis, baik, sopan, ber etika, tidak dilakukan secara premanisme.
“ Itu yang kita harapkan bagaimaba komuniksi pihak rumah sakit dengan keluarga pasien. Dan kami melihat insiden kemarin sebenarnya komunikasi dari pihak rumah sakit Soewandhi ke keluarga pasien sudah sangat baik,” tuturnya.
Bang Jo kembali mengatakan, pada Senin kemarin baik pihak keluarga pasien maupun RSUD Dr. Soewandhi sudah bertemu yang dimediasi Pemkot Surabaya, sehingga masalah ini sudah ada titik temu dan clear. “ Sudah ada titik temu,” ungkap Bang Jo.
Seperti diketahui, kabar adanya dugaan malpraktek hingga pasien terlantar di RSUD Dr. Mohamad Soewandhie beredar di sosial media (sosmed). Dugaan itu muncul setelah ada pasien berinisial R, 68, yang dirawat di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Dr. Mohamad Soewandhie meninggal dunia, karena dinilai tidak dilayani dengan baik.
Menanggapi hal tersebut, dalam siaran pers Disinfokom Kota Surabaya yang diterima redaksi newrespublika, Sabtu (02/11/24), Direktur Utama (Dirut) RSUD Dr. Mohamad Soewandhie, dr Billy Daniel Messakh beberkan kronologi adanya dugaan tuduhan itu terhadap pasien yang ditangani oleh tim medis di ruang IGD, Jumat (1/11/2024) dini hari. Saat ditemui di ruang kerjanya, dr Billy menyatakan, tuduhan tersebut tidak benar, karena tim medis yang merawat pasien R, 68, sudah sesuai prosedur dan penanganan intensif.
Dirut RSUD Dr. Mohamad Soewandhie, dr Billy mengatakan, saat pasien R dilarikan ke IGD dalam keadaan tidak sadarkan diri. Melihat kondisi tersebut, nakes RSUD Dr. Mohamad Soewandhie bergegas melakukan penindakan agar pasien tersebut tertangani dengan baik.
Setelah dilakukan penanganan, ternyata pasien R mengalami sakit kencing manis yang menyebabkan perempuan tersebut hilang kesadaran.
“Karena gula darahnya sangat tinggi. Jadi karena komplikasi gula darahnya yang sangat tinggi itu, menyebabkan luka di kakinya sehingga ada gangren yang menyebabkan harus amputasi, dan naik ke otaknya sehingga tidak sadar, maka dari itu kami stabilkan di IGD,” tutup dr. Billy. (trs)