BEI Jatim bersama PHEI Gelar Seminar ‘ Indonesia Bond Market Update Q4-2024: Momentum di Depan Mata’

BEI Jatim bersama PHEI Gelar Seminar ‘ Indonesia Bond Market Update Q4-2024: Momentum di Depan Mata’

Surabaya, newrespublika – PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) bekerjasama dengan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Kantor Perwakilan Jawa Timur menyelenggarakan Seminar “Indonesia Bond Market Update Q4-2024: Momentum di Depan Mata”. 

Seminar yang diselenggarakan di Auditorium Bursa Efek Indonesia Kantor Perwakilan Jawa Timur di Surabaya ini dihadiri oleh Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) KOMDA VI Jatim, Bali dan sekitarnya beserta anggota ADPI Jawa Timur, Emiten yang berdomisili di Jawa Timur serta Kelompok Studi Pasar Modal (KSPM) Jawa Timur. 

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan literasi pasar surat utang yang lebih luas ke daerah yang memiliki potensi dalam pengembangan pasar surat utang. Kegiatan seminar dibuka dengan sambutan dari Kepala Kantor Perwakilan BEI Jawa Timur, Cita Mellisa. 

Dalam sambutan singkatnya, Cita menyampaikan apresiasinya kepada PHEI atas penyelenggaraan seminar di Jawa Timur. 

“ Jawa Timur memiliki total investor kurang lebih sebanyak 1,7 juta investor, dengan total Galeri Investasi BEI sebanyak 85, 50 Anggota 

Bursa dengan rincian 39 AB di Surabaya, 10 AB di Malang dan 1 AB di Sidoarjo, serta terdapat 53 Perusahaan Tercatat,” ujar Cita Mellissa di Surabaya, Kamis (19/09/24).

Lebih lanjut Cita menyampaikan bahwa BEI Kantor Perwakilan Jawa Timur siap mendukung kegiatan sejenis demi peningkatan literasi pasar modal di Jawa Timur.

Selanjutnya, turut memberikan sambutan adalah M. Kadhafi Mukrom selaku Direktur Utama PHEI yang menyampaikan bahwa kegiatan ini diharapkan dapat menjadi forum untuk melakukan diskusi terkait pasar surat utang. Lebih lanjut Dhafi menyampaikan bahwa melalui seminar ini, PHEI turut 

berperan aktif dalam memberikan edukasi pasar obligasi kepada publik dan diharapkan dapat mendukung upaya peningkatan literasi pasar modal dan pasar surat utang khususnya di wilayah Jawa Timur. 

“ Pada masa mendatang, kegiatan sejenis akan dilakukan juga di beberapa daerah lainnya di Indonesia,” kata Kadhafi.

PHEI menghadirkan Ifan M. Ihsan (Kepala Divisi Operasional PHEI) dan Roby Rushandie (Kepala Departemen Riset dan Informasi Pasar PHEI) sebagai pembicara pada seminar. 

Pada kesempatan ini, Ifan yang memberikan materi “A Guide To Navigating The Bond Market”memberikan penyegaran kepada peserta seminar bahwa berinvestasi di pasar obligasi juga membutuhkan navigasi yang tepat untuk bisa mencapai target investasi yang diharapkan. 

Ifan menjelaskan, investor perlu memahami alat navigasi yang tepat untuk bisa membaca arah pergerakan pasar. Di pasar obligasi, terdapat beberapa indikator yang dapat dijadikan acuan bagi investor untuk membantu berinvestasi di pasar obligasi, beberapa diantara yaitu kurva imbal hasil, harga acuan, credit spread, rating, Z-Score, dan juga Index. 

“ PHEI berupaya untuk bisa menyediakan dan memperkenalkan indikator dan informasi-informasi tersebut kepada investor maupun emiten melalui sistem informasi yang disediakan yaitu TheNewBIPS yang bisa diakses di https://newbips.phei.co.id/,” terang Ifan.

Dari sisi outlook, tambah Ifan, sebagaimana disampaikan oleh Roby, momentum pasar obligasi semakin terbuka seiring dengan pemangkasan BI Rate sebesar 25 bps ke level 6,00%, dan pemangkasan Federal Funds Rate oleh The Fed yang lebih besar dari perkiraan yakni sebesar 50 bps ke kisaran 4,75%-5,00%. 

Dirinya menyampaikan, pasar dinilai akan mencermati seberapa cepat laju penurunan suku bunga dan apakah bank sentral akan meluncurkan kebijakan Quantitative Easing. Besar penurunan suku bunga The Fed akan dipengaruhi oleh seberapa besar potensi terjadinya resesi di AS, sedangkan arah BI Rate kedepan akan dipengaruhi tingkat inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan kondisi nilai tukar Rupiah. 

Momentum pasar diperkirakan masih berlanjut seiring dengan masih terdapatnya peluang pemangkasan suku bunga lebih lanjut oleh The Fed dan Bank Indonesia. 

“ Adapun beberapa risiko yang masih berpotensi membayangi pasar yakni risiko geopolitik, volatilitas nilai tukar, dan defisit fiskal,” tutup Ifan. (trs)