Surabaya, newrespublika – Anggota Komisi C DPRD Kota Surabaya dari PDI Perjuangan, Abdul Ghoni Mukhlas Ni’am mengapresiasi warga Jetis Wetan Kelurahan Margorejo yang mengelola Bank Sampah, sehingga sampah bekas bisa menjadi bernilai ekonomis.
“ Ini merupakan prestasi yang luar biasa apa yang sudah dilakukan oleh warga Jetis Wetan RT03/RW01 Margerejo ini. Dan ini bisa menjadi pilot project di wilayah-wilayah lainnya di Surabaya,” ujar Abdul Ghoni MN kepada wartawan di Jetis Wetan Margorejo, Minggu (28/01/2024).
Ia menjelaskan, hasil pengelolaan bank sampah dari pengakuan warga bisa menghasilkan Rp350-700 ribu per bulan, ini cukup bagus dari sisi nilai ekonomisnya. Terlebih, sampah oleh warga didaur ulang lalu dikreasikan menjadi karya produk dan bisa dijual.
“ Kami juga mendorong kepada Pemkot Surabaya agar membantu tersedianya alat mesin cacah untuk memilah-milah sampah, bagi warga Jetis Wetan Margorejo ini,” ungkap Abdul Ghoni MN yang juga caleg incumbent PDI Perjuangan nomor urut 4 Dapil 3 Surabaya ini.
Seperti diketahui, Bank sampah yang dikelola warga Jetis Wetan RT03/RW01 Kelurahan Margorejo Kecamatan Wonocolo ternyata menghasilkan nilai ekonomis tinggi.
Ketua RT03, M. Yosep mengatakan, warga kami swadaya gotong-royong mengumpulkan sampah-sampah seperti kardus dan plastik, yang ditaruh di sak atau karung yang sudah kami sediakan masing-masing rumah.
Setelah terkumpul, kata Yosep, kita ambil dan sampah kita pilah-pilah yang kemudian bersama warga dikreasikan menjadi produk seperti, vas bunga, akuarium, tempat alat-alat tulis, celengan atau tempat menabung, dan banyak lagi kreasi karya produk kita dari hasil sampah bekas.
“ Sampah bekas yang sudah kita kreasikan menjadi produk ternyata memiliki nilai ekonomis tinggi. Seperti vas atau pot bunga itu dijual Rp35.000 dan Kita jual ke sekolah-sekolah, kantor pemerintahan,” ujar Yosep kepada wartawan di Margerejo, Minggu (28/01/2024).
Ia menjelaskan, sampah sebelum di pilah-pilah dan dijual ke pengepul atau rombeng dihargai Rp1.000 hingga Rp2.000 per kilogram. Tapi jika sudah dikreasikan menjadi hasil karya produk maka nilai jualnya cukup tinggi.
Yosep menerangkan, pengelolaan Bank sampah oleh warganya sudah berjalan dua tahun, dan cukup membantu tambahan pendapatan ekonomi warga.
Prosesnya, jelas Yosep, sampah yang sudah terkumpul maka kita jual ke pengepul, dan hasil penjualan kita kumpulkan lalu menjadi tabungan bersama, sehingga jika ada warga yang butuh duit bisa pinjam ke Bank sampah.
“ Ya seperti bank-bank komersil lainnya gitu loh pak, cuma ini hasil dari sampah yang dikelola menjadi nilai ekonomis,” tutur Yosep.
Ia kembali mengatakan, kendala kita adalah belum punya mesin cacah sendiri, sehingga untuk memilah-milah sampah masih manual.
“ Kami berharap Pemkot Surabaya bisa membantu ketersediaan alat-alat seperti mesin cacah sampah, agar produksi bank sampah kita terus meningkat dan hasilkan nilai ekonomis lebih tinggi lagi,” pungkas Yosep. (trs)