Surabaya, Respublika – Dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2022 di Gedung BI Jatim Surabaya, Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur menilai, ekonomi Jawa Timur (Jatim) pasca pandemi Covid-19 alami kebangkitan yang signifikan.
Indikator tersebut terlihat dari terjaganya inflasi, konsumsi naik, investasi tumbuh, pergerakan sektor riil terutama UMKM, kinerja perbankan di Jatim, dan pertumbuhan manufaktur.
Dalam paparannya, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur, Rizki Ernadi Wimanda mengatakan, di tengah tantangan ekonomi global yang ada, Bank Indonesia meyakini bahwa ekonomi Jawa Timur masih akan tumbuh di tahun 2023 seiring dengan terciptanya sinergi kebijakan dan inovasi antara Pemerintah Daerah, Bank Indonesia dan lembaga atau otoritas lain di Jawa Timur.
“ Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada tahun 2023 akan berada di kisaran 4,9% – 5,3%, terutama ditopang oleh tumbuhnya 5 (lima) lapangan usaha utama di Jawa Timur, selain juga disebabkan oleh tingginya konsumsi dan investasi,” ujarnya di Surabaya, Rabu (30/11/22).
Ia menjelaskan, terdapat beberapa tantangan perekonomian Jawa Timur yang perlu diantisipasi, antara lain kondisi ekonomi global yang masih terancam resesi, gangguan mata rantai global dan ketegangan politik, serta kondisi ekonomi domestik yang perlu diwaspadai seperti konsolidasi fiskal, normalisasi kebijakan moneter, serta bantuan sosial untuk BBM dan subsidi upah yang tidak berlanjut.
Namun demikian, kata Rizki, ekonomi Jawa Timur berpotensi terus mengalami perbaikan seiring dengan terkendalinya Covid-19, berlanjutnya pembangunan Proyek Strategis Nasional, serta meningkatnya kegiatan dalam rangka persiapan Pemilu.
Rizki Ernadi Wimanda juga menyampaikan, bahwa ekonomi Jawa Timur pada triwulan III 2022 sudah lebih tinggi dibanding level pre-pandemi Covid-19 dengan capaian sebesar 5,58% (yoy).
“ Ekonomi Jawa Timur pada triwulan IV 2022 diperkirakan terus pulih sejalan dengan terkendalinya kasus Covid-19 karena optimalisasi vaksinasi Covid-19 yang menjadi game changer perbaikan ekonomi Jawa Timur,” terang Rizki.
Dirinya menerangkan, bangkitnya ekonomi Jawa Timur di tengah pandemi Covid-19 tidak lepas dari upaya sinergi perluasan digitalisasi Jawa Timur yang terlihat dari peningkatan transaksi e-commerce, transaksi uang elektronik dan QRIS, serta pengembangan UMKM, ekonomi syariah, dan pariwisata untuk meningkatkan inklusivitas ekonomi Jawa Timur seperti Festival Ekonomi Syariah Jawa, Java Coffee Culture, Side Event Presidensi G20, Rumah Kurasi, Sertifikasi Halal, dan pencatatan informasi keuangan bagi UMKM (SIAPIK).
Bank Indonesia, tutur Rizki, memperkirakan Ekonomi Jawa Timur pada tahun 2022 tumbuh pada kisaran 5,1% – 5,5% (yoy) atau tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun 2021 (3,57%, yoy).
“ Sementara inflasi Jawa Timur berada di atas batas atas sasaran inflasi nasional 3%±1%, yang diprakirakan akan turun di kisaran 6,2% – 6,6% (yoy),” jelasnya.
Rizki menegaskan, untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, Bank Indonesia merekomendasikan untuk memperluas penggunaan QRIS, peningkatan utilisasi Kawasan industri, hilirisasi agroindustri, meningkatkan Local Currency Settlement (LCS) dan meningkatkan ekspor ke negara yang menjalin kerjasama perdagangan.
Terkait pengendalian inflasi, terang Rizki, KPwBI Provinsi Jawa Timur mendorong perluasan kesepakatan kerja sama perdagangan antardaerah secara B2B (Business to Business), tetap melaksanakan operasi pasar, mendorong modern farming, digitalisasi pemasaran produk pertanian.
“ Serta memperkuat stok beras Bulog untuk menjaga stabilitas pasokan beras,” pungkas Rizki. (trs)