Surabaya, Respublika – Sebagai salah satu produsen terbesar bahan pangan utama nasional, penguatan peran Jawa Timur sebagai lumbung pangan nusantara semakin penting diantaranya melalui penguatan sektor pertanian yang berdaya tahan dan bernilai tambah.
Dalam rangka mendorong hal tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur berkolaborasi dengan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya kembali menggelar kegiatan yang bertajuk Jatim Talk II pada 16 Mei 2023 dengan tema “Mendorong Penguatan Produksi Pertanian dan Agroindustri untuk Mengakselerasi Hilirisasi Pertanian”.
Jatim Talk kali ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman stakeholder daerah terkait urgensi penguatan sektor pertanian melalui hilirisasi, serta menjadi forum diskusi dalam merumuskan rekomendasi strategis yang implementatif terutama untuk wilayah Jawa Timur.
“Di tengah berbagai urgensi untuk menjaga ketahanan dan keberlanjutan sektor pertanian di Jawa Timur, masih terdapat beberapa tantangan utama, yakni penurunan produksi dan produktivitas di tengah peningkatan permintaan, baik untuk konsumsi masyarakat, pakan ternak dan input bagi industri pengolahan. Selain itu, pendapatan per kapita dan nilai tambah yang masih rendah, serta impor produk hulu-hilir pertanian yang masih tinggi menjadi disinsentif untuk meningkatkan produksi dan melakukan investasi.” jelas Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur, Doddy Zulverdi, dalam Keynote Speech-nya.
Lebih lanjut, Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elistianto Dardak, dalam arahan strategisnya menekankan perlunya strategi perbaikan di sisi hulu sektor pertanian untuk mengakselerasi agroindustri.
Peningkatan produktivitas untuk komoditas bernilai tambah tinggi, value added bagi petani, serta pengembangan kawasan industri menjadi kunci menuju percepatan hilirisasi pertanian, untuk semakin memperkuat Jawa Timur sebagai lokomotif perekonomian nasional.
Sementara Prof. Bustanul Arifin (Guru Besar Universitas Lampung), Prof. Hermanto Siregar (Rektor Perbanas Institute), Dr. Sahara S.P., M.Si (Ketua Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB), serta Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur, Muslimin Anwar, hadir sebagai narasumber untuk memberikan pandangan ahli.
Lebih lanjut, tampak hadir pula perwakilan diplomatik negara sahabat, Kepala KR4 OJK, Kepala OPD/Instansi Jawa Timur, perbankan, civitas akdemika, serta asosiasi pelaku usaha.
Adapun rekomendasi utama yang diusung oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur untuk merespon tantangan tersebut adalah pengembangan end-to-end pada sektor pertanian dari sisi hulu hingga hilir, yang mencakup: (1) penguatan produksi; (2) penguatan teknologi pasca panen; (3) akselerasi hilirisasi menuju nilai tambah tinggi; (4) peningkatan ekspor dan substitusi impor; serta (5) mendorong investasi/akses pembiayaan dari hulu hingga hilir sektor pertanian.
Sejalan dengan rekomendasi tersebut, Prof. Hermanto Siregar turut menekankan pentingnya penguatan produksi, khususnya melalui pemanfaatan inovasi teknologi.
Sementara dari sisi hilir, Prof. Bustanul Arifin memaparkan terkait pentingnya hilirisasi industri dalam penguatan sektor pertanian, antara lain melalui peningkatan produktivitas, teknologi, daya saing agroindustri, keterpaduan hulu-hilir, serta promosi investasi dan perbaikan digitalisasi.
Lebih lanjut, dalam mendukung keterpaduan hulu hingga hilir pada sektor pertanian, Dr.
Sahara menekankan bahwa perbaikan daya saing argoindustri mampu menjawab tantangan utama sektor pertanian di Jawa Timur.
“Dalam jangka panjang, agroindustri dapat mendorong peningkatan nilai tambah, meningkatkan produktivitas, serta meningkatkan penyerapan tenaga kerja, yang kemudian dapat mengurangi tingkat kemiskinan,” tutup Sahara. (trs)