Exhaust Drilling, Inovasi Komisi C Atasi Saluran Mampet di Surabaya

Surabaya, Respublika – Komisi C DPRD Kota Surabaya menilai, mengatasi banjir di jaman serba canggih saat ini, kebutuhan teknologi tidak bisa dihindarkan lagi.

Bukan membuang tenaga manusia, namun kecanggihan alat teknologi sangat dibutuhkan untuk sebuah pembangunan kota sekelas Surabaya yang levelnya sudah setara kota-kota di dunia.

Dalam membangun saluran air, gorong-gorong, sudetan, box culvert, Komisi C DPRD Kota Surabaya memiliki inovasi, yaitu alat canggih pengeruk kotoran didalam box culvert ‘Exhaust Drilling’.

“Dari tahun 1999 saya sudah sampaikan itu (Exhaust Drilling) ke Pemkot Surabaya untuk mempermudah pengerukan saluran didalam box culvert. Dan sampai saat ini belum direalisasikan oleh Pemkot Surabaya,” ujar Ketua Komisi C DPRD Kota Surabaya, Baktiono kepada Respublika.my.id, Rabu (20/07/22).

Ia menjelaskan, perawatan saluran air di Kota Pahlawan belum dirawat secara kontinu sehingga saluran air sering mampet, dampaknya Surabaya kerap banjir ketika musim hujan.

“Ditambah belum adanya alat canggih seperti Exhaust Drilling untuk mengeruk dan membersihkan goron-gorong, dan hanya mengandalkan tenaga manusia,” jelas politisi senior PDIP Surabaya ini.

Dirinya menerangkan, walau saat ini Pemkot Surabaya telah membangun crossing agar lebih cepat mengalirkan dan menampung air. Namun, cara itu dipandang belum efektif.

“Di jalan-jalan protokol, Jalan Pemuda  sekarang kan sudah bangun crossing. Bahkan dipasang berapa unit box culvert berapa saluran, itu sama saja. Airnya meluap ke jalan, karena tidak dirawat atau tidak dibersihkan.” beber Baktiono.

Untuk itu, solusinya menurut Baktiono, harus menggunakan sistem peralatan modern. Sebagaimana pernah ia sampaikan 3 tahun lalu. Yankni melalui exhaust drilling yaitu dibor sambil disedot.

“Kalau hanya mengandalkan tenaga manusia, Surabaya masih tetap akan tergenang, kalau sudah banyak (airnya) akan banjir,” tegas Baktiono.

Exhaust Drilling, sambung Baktiono fungsinya tidak akan merusak badan jalan dan minim menimbulkan kemacetan, apalagi waktu membersihkan dilakukan di jam tidak sibuk.

“Kalau menggunakan tenaga manusia, pasti akan membongkar, karena box di bawah trotoar. Pastinya akan mengganggu pemakai jalan raya dan mengganggu estetika kota. Belum lagi menelan biaya bongkar, kerusakan, pemasangan,”tutur Baktiono.

Maka, ia menekankan agar pengelolaan sistem ini harus canggih. Sebab kota Surabaya menjadi kota internasional sejak zaman Belanda. Bahkan Walikota Tri Risma Harini pernah didaulat jadi ketua negara-negara berkembang

“Artinya apa, kita dipandang memang sebagai kota yang berhasil,” pungkasnya.(trs)