Surabaya, Respublika – Kesuksesan Pemkot Surabaya membangun 55 titik saluran air drainase di hulu atau di tengah kota untuk mencegah genangan air, harus dikoneksikan dengan drainase di tingkat hilir.
“Tetapi perlu diingat, ketika 55 titik pelaksanaan drainase yang dibangun Pemkot Surabaya tidak terkoneksi dengan hilir, jangan harap posisi Kota Surabaya bebas dari banjir,” ujar Sukadar, anggota Komisi C DPRD Kota Surabaya di ruang Komisi C, Selasa (04/10/22).
Ia menambahkan, harusnya untuk perbaiki saluran air di hulu harus dipikirkan hilirnya terlebih dahulu. Jangan sampai hulunya diperbaiki, tapi tidak connect dengan hilirnya maka yang terjadi airnya akan stag di hulu atau tengah kota saja.
“Tapi kalau connect saluran ini sampai ke titik pembuangan air seperti bozem, sungai, kami yakin banjir dapat dicegah,” tegas politisi senior PDI Perjuangan Kota Surabaya ini.
Sukadar menjelaskan, informasi yang kita dapat dari Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Kota Surabaya, secara general pengerjaan proyek drainase di Surabaya ditargetkan tuntas tanggal 10 Desember 2022.
“Jika ini terealisasi, kemungkinan genangan air di Surabaya lebih cepat surut, dan harus konek antara hulu dan hilirnya,” terang anggota dewan tiga periode ini.
Saat ditanya banyaknya material sisa proyek drainase terutama di hilir, sehingga berdampak pada persil warga, Sukadar mengatakan, sesuai kontrak kerja di kepada Bagian Administrasi Pemerintahan (Apem) Kota Surabaya, bahwasanya pengerjaan pembiayaan proyek drainase tuntas sampai pembersihan sisa material.
“Tidak ada material yang tersisa yang kemudian harus tanggungjawab nya RT/RW atau Lurah di lingkungan nya yang ada pengerjaan drainase. Jadi semuanya tanggung jawab kontraktor,” pungkasnya. (trs)