Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi mengatakan, meski pada tahun 2022 IPM Kota Pahlawan tertinggi di Jatim, hal itu tak membuat dirinya bangga. Sebab, masih banyak persoalan di Surabaya yang harus segera diselesaikan.
“Jadi sebenarnya IPM adalah penilaian. Tapi buat saya, sebenarnya masih jauh dan kita harus memperbaiki lebih baik lagi. Karena IPM juga dilihat dari lamanya satu orang ini menempuh jalur pendidikan,” kata Wali Kota Eri Cahyadi, Minggu (20/11/2022).
Wali Kota Eri menyadari, meski IPM Surabaya tertinggi di Jatim, namun masih ada persoalan khususnya dalam dunia pendidikan yang harus segera diselesaikan. Misalnya, ia mencontohkan, masih adanya pelajar SMA sederajat yang terkendala terkait biaya sekolah.
“Bahkan hari ini, adik-adik kita, anak-anak kita yang SMA, masih ada yang tidak bisa ikut ujian karena tidak bisa bayar SPP. SMP juga ada yang belum bisa ambil ijazahnya. Ini yang harus kita kebut (tuntaskan),” ujar dia.
Oleh sebabnya, Wali Kota Eri Cahyadi meyakini, jika persoalan pendidikan ini dapat diselesaikan, maka IPM Surabaya bisa lebih tinggi dari angka 82,74. Untuk mencapai hal tersebut, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya pun membutuhkan keterlibatan semua elemen.
“Dan disitulah pemerintah tidak bisa sendiri. Karena ketika semua elemen ini bergerak, maka kita akan tahu kekurangan-kekurangan dan kelemahan kita di mana,” ungkap Cak Eri, panggilan lekat Wali Kota Surabaya.
Karena itu, bagi Cak Eri, IPM hanya sebagai acuan atau tolak ukur untuk memperbaiki segala kekurangan yang ada pada sebuah kota. Ia pun mengakui, masih banyak pekerjaan rumah (PR) di Kota Pahlawan yang harus segera diselesaikan.
“Masih banyak PR kita untuk umat yang harus kita jalankan. Karena seharusnya bisa jauh lebih tinggi kalau anggaran ini bisa tepat dengan angka-angka (indikator penilaian) IPM, kita sentuh di sana, maka bisa jauh lebih tinggi,” pungkasnya.
Sebagai diketahui, selama beberapa tahun terakhir, BPS mencatat bahwa IPM Kota Surabaya mengalami peningkatan. Pada tahun 2020 sebesar 82,23 dan meningkat di tahun 2021 menjadi 82,31. Kemudian pada tahun 2022, IPM Kota Surabaya mencapai 82,74 yang merupakan tertinggi di Jawa Timur.
Nilai IPM tersebut menunjukkan bahwa kualitas pembangunan manusia di Kota Surabaya berada pada kelompok status kategori “Sangat Tinggi” (IPM ≥ 80).
Pemulihan ekonomi sosial di tengah pandemi COVID-19, telah membawa pengaruh terhadap IPM di Kota Surabaya. Termasuk pula terhadap meningkatnya seluruh indikator pembentuknya, baik indeks kesehatan, indeks pendidikan, maupun indeks pengeluaran per kapita per tahun yang disesuaikan. (trs)