Surabaya, Respublika – Terminal Peti Kemas (TPS) memprediksi trend arus peti kemas yang sebagian besar berisi komoditas barang konsumsi akan semakin meningkat seiring dengan peningkatan kebutuhan pokok dan permintaan pasar, mengingat geliat ekonomi yang semakin baik di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Direktur Utama TPS, Wahyu Widodo mengatakan, hal ini nampak pada peningkatan arus petikemas dibandingkan bulan lalu meningkat sebanyak 16.68%.
“ Arus petikemas pada bulan Februari 2023 tercatat 101.090 TEUs, sedangkan arus petikemas bulan Maret 2023 sebanyak 123.720 TEUs,” ujar Wahyu Widodo di Surabaya, Selasa (18/04/2023).
Ia menjelaskan, kenaikan arus peti kemas internasional juga terjadi di TPS. Trend arus peti kemas internasional s.d Maret 2022 tercatat sebanyak 311.260 TEUs, meningkat 0,13% dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya yakni 311.660 TEUs.
Wahyu Widodo, Direktur Utama TPS menyampaikan, bahwa selama libur lebaran TPS tetap mengoptimalkan kegiatan operasionalnya sebagai strategi layanan prima dengan tetap memperhatikan kesempatan melaksanakan ibadah
“Tahun ini kami pastikan operasional aman terkendali, pelayanan hanya libur di hari pertama lebaran untuk memberikan kesempatan teman-teman operasional beribadah,” ungkap pria yang akrab disapa Wewe ini.
Wahyu kembali mengatakan, bahwa menjelang Lebaran diprediksi komoditi yang diangkut menggunakan reefer container akan meningkat, mengingat komoditi kebutuhan pokok banyak yang menggunakan petikemas berpendingin, terutama pada week 22-23 (09 April 2023 – 22 April 2023).
“Mengantisipasi peningkatan jumlah kebutuhan reefer plug di TPS, kami telah menyediakan sebanyak 1.448 unit reefer plug, sehingga kami pastikan aman,” ungkap Wahyu.
Selain itu, jelas Wahyu, saat ini TPS juga akan memberlakukan Single Truck Identification Data (STID) yang sudah disosialisasikan kepada pengusaha trucking pada Senin (17/4), sesuai mandatori dari Otoritas Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, yang akan diberlakukan mulai 02 Mei 2023. Hal ini dilakukan untuk menjamin keamanan pengiriman petikemas pada trucking.
Wahyu menerangkan, STID merupakan tindak lanjut penerapan Program National Logistic Ecosystem (NLE). NLE adalah ekosistem logistik yang menyelaraskan arus lalu lintas barang dan dokumen internasional sejak kedatangan sarana pengangkut hingga barang tiba di gudang.
NLE berorientasi pada kerja sama antar instansi pemerintah dan swasta, melalui pertukaran data, simplifikasi proses, penghapusan repetisi dan duplikasi.
Salah satu Program NLE tersebut terdapat Penerapan STID. Dimana STID merupakan sistem elektronik pendataan setiap truk yang beroperasi di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya guna menunjang Truck Booking System dan Terminal Operating System.
Program ini sangat bermanfaat untuk keamanan, tidak hanya barang yang diantar, akan tetapi juga keamanan supir truk angkutan Pelabuhan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
Wahyu kembali menjelaskan, sebelumnya, truk pengangkut petikemas di TPS menggunakan BAT Number sebagai Truck Identification Data (TID) yang melakukan operasional di TPS, dimana pemberlakuannya hanya di TPS saja, karena masing-masing terminal menerbitkan TID nya sendiri.
Namun, kata Wahyu Widodo, dengan diberlakukan mandatori STID yang untuk seluruh terminal khususnya di lingkungan Pelabuhan Tanjung Perak, tentunya lebih memudahkan pelanggan, sehingga cukup satu STID, maka mereka dapat menggunakannya di semua terminal di wilayah Pelabuhan Tanjung Perak.
TPS, tambah Wahyu Widodo, sebagai operator terminal peti kemas di Indonesia di bawah Subholding Pelindo Terminal Petikemas (SPTP) secara konsisten meningkatkan kinerja bongkar muat petikemas.
“ Baik dari segi peningkatan kualitas melalui pengoperasian alat bongkar muat yang memadai, dan mengembangkan infrastruktur di area operasional,” pungkas Wahyu. (trs)