Surabaya, newrespublika – Meningkatnya kasus Tuberkolosis (TBC) di Surabaya membuat Komisi D DPRD Kota Surabaya angkat bicara. TBC sendiri merupakan penyakit menular akibat infeksi bakteri.
Anggota Komisi D dari Fraksi Nasdem, Imam Syafi’i menerangkan, dirinya mendapat informasi dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya, dimana ternyata penderita TBC di Surabaya meningkat dari tahun-tahun sebelumnya.
“ Bahkan angka kematiannya juga meningkat, ini kan mendekati akhir Desember jumlah yang meninggal akibat TBC itu sekitar 100 orang, lebih banyak dari tahun sebelumnya yang 80 orang. Ini artinya TBC penyakit yang mematikan.” ujar Imam Syafi’i kepada wartawan di Surabaya, Kamis (12/12/2024).
Untuk itu, kata Imam Syafi’i, kami meminta warga Surabaya dengan gejala yang diduga TBC segera melapor ke Puskesmas. Karena khusus TBC Seluruh biaya akan ditanggung atau gratis, baik warga Surabaya maupun warga bukan Surabaya.
“ Karena ini imbauan dari pemerintah pusat, pasalnya di seluruh Indonesia kasus TBC ini naik.” terang politisi Partai Demokrat Surabaya ini.
Imam Syafi’i menjelaskan, TBC ciri-cirinya seperti apa? Batuk tidak sembuh-sembuh, terus ditambah lagi kalau malam berkeringat, terus berat badan berkurang. Tapi untuk jelasnya, kalau ada gejala-gejala seperti itu, meski belum tentu TBC, sebaiknya datang ke puskesmas.
Nanti kalau dinyatakan TBC, tambah Imam Syafi’i, akan dirujuk ke rumah sakit-rumah sakit yang memang punya kamar-kamar isolasi untuk penderita TBC.
Namun sekali lagi Puskesmas bukan tempat untuk rawat inap, jelas Imam Syafi’i, tapi itu adalah deteksi awal, kalau kemudian TBC dibawa ke rumah sakit, setelah sembuh, pulang, biar puskesmas akan tetap mengawasi.
Dirinya kembali menegaskan, khusus yang untuk penyakit TBC karena sudah menjadi program nasional dan kebetulan di Surabaya tadi seperti saya sampaikan jumlahnya meningkat yang meninggal juga meninggal, itu tidak melihat dia warga Surabaya atau tidak, tidak melihat dia sudah punya BPJS atau tidak.
Karena itu, tambah Imam, ketika warga lapor ke Puskesmas kalau dinyatakan dia TBC, dia nanti harus mau dirujuk dan dirawat di rumah sakit supaya sampai sembuh dan gratis.
Hanya persoalannya, terang Imam Syafi’i, kadang-kadang warga dengan ciri-ciri atau diduga sudah TBC kan tidak melapor, bahkan cenderung menghilang dan itu bisa menular.
Karena ini serius, mereka yang sudah pada tahap berobat jalan, itu juga nanti ada tim yang mengawasi untuk memastikan agar obatnya diminum setiap hari.
“ Dan untuk menstimulus mereka supaya mau sembuh sampai total dengan minum obat, itu pemerintah juga menyediakan anggaran Rp600.000 per orang,” jelasnya.
Dirinya kembali mengatakan, agar warga mau ke Puskesmas kami lagi menjajaki haruskah ada regulasi, ada perda atau perwali yang bisa memaksa, ini tanda kutip loh ya, supaya hak dia dalam hal ini warga untuk mau disembuhkan atau tidak.
“ Supaya kalau penderita TBC itu ya harus mau dirawat ya itu. Ini kami lagi menjajaki apakah ini tidak bertentangan dengan aturan yang sifatnya lebih umum.” pungkasnya. (trs)