Surabaya, Respublika – Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Kota Surabaya Rini Indriyani mendampingi Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa saat melakukan peninjauan pelaksanaan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN), yang bertempat di TK Islam Al Fajar Kota Surabaya, Selasa (13/9/2022).
Saat dilokasi, Gubernur Khofifah pun langsung mengapresiasi percepatan BIAN yang telah dilakukan Kota Surabaya, yakni telah mencapai 93 persen.
“Alhamdulillah ini adalah hari terakhir program BIAN yang telah diperpanjang pada Agustus hingga 13 September 2022. Untuk Kota Surabaya telah mencapai 93 persen, mohon doanya supaya kita bisa mencapai target nasional,” kata Ning Rini sapaan lekatnya.
Karenanya, ia menyampaikan terima kasih kepada Gubernur Khofifah yang langsung memberikan perhatian khusus bagi pelaksanaan BIAN, dengan melakukan monitoring secara langsung. Seperti yang telah dilakukan di TK Islam Al Fajar Kota Surabaya.
“Terima kasih Gubernur Khofifah karena telah hadir untuk melihat proses BIAN, meskipun hari terakhir tetapi mampu menjadi penyemangat. Dengan kehadiran Gubernur Khofifah, kami semakin termotivasi untuk bisa mempercepat pelaksanaan program bagi anak-anak di Kota Surabaya,” ucapnya.
Ning Rini menjelaskan, Kota Surabaya pada 31 Agustus 2022 telah mencapai 50 persen. Selanjutnya, memasuki September 2022 telah mencapai 93 persen. Untuk target pelaksanaan BIAN di hari terakhir, ia meyakini akan mencapai 95 – 96 persen.
“Saya mengucapkan terima kasih kepada semua sektor. Mulai dari PKK, kelurahan, kecamatan, puskesmas, dan tentunya masyarakat. Karena memang kata Gubernur Khofifah, Surabaya memiliki jumlah cakupan (imunisasi) paling besar yang harus diselesaikan,” jelasnya.
Sebab, menurutnya, Kota Surabaya memiliki kategori masyarakat yang cukup beragam. Sebab, kesulitan yang dihadapi oleh Pemkot Surabaya adalah mengenai pemahaman pentingnya menjaga kesehatan bagi anak-anak melalui imunisasi.
Maka, Pemkot Surabaya langsung bertindak cepat dengan memberikan edukasi mengenai pentingnya melakukan imunisasi kepada masyarakat secara door to door.
“Banyak tantangan, ada nenek maupun ibu yang takut anaknya di imunisasi. Memang banyak faktor, karena informasi mengenai kesehatan anak yang masih kurang. Sehingga, kita melakukan edukasi secara door to door dan Alhamdulilah mereka bisa menerima,” pungkasnya. (trs)