Surabaya, newrespublika – Pengurus Majelis Ulama (MUI) Kota Surabaya dan Majelis Dakwah Islamiyah (MDI) beserta tokoh Masyarakat di Kota Surabaya menyampaikan pesan damai dan menerima hasil keputusan Pemilu tahun 2024.
KH. Badrul Munir selaku Pengurus Majelis Ulama (MUI) Kota Surabaya dan Ketua Dakwah Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) Kota Surabaya beserta perkumpulan tokoh masyarakat di seluruh kota Surabaya menggelar pernyataan dalam sikapnya pasca putusan Pemilu 2024.
Bahwa kami akan menerima hasil pemilu dengan tetap menjaga kerukunan dan keamanan masyarakat pasca pemilu, dan kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh penyelenggara Pemilu yang telah mengabdi dalam pesta Demokrasi berjalan lancar serta kami mengajak masyarakat untuk fokus memperbaiki ibadah jelang ramadhan.
KH. Badrul Munir selaku Pengurus Majelis Ulama (MUI) Kota Surabaya menyatakan, kami bersyukur pemilu sudah berjalan lancar, aman, damai, tertib, dan sesuai dengan perundang-undangan. Ditekankan bahwa pemilu merupakan instrumen sekaligus wujud nyata demokrasi di Indonesia.
“Kita dan semua pihak tentunya mendambakan situasi pasca pemilu yang damai yang penuh dengan kebersamaan dan kegembiraan,” ujar KH. Badrul Munir di Surabaya, Rabu (27/03/2024).
KH. Badrul Munir selaku Pengurus Majelis Ulama (MUI) Kota Surabaya dan Ketua Dakwah Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) Kota Surabaya juga meminta semua pihak menyebarkan pesan damai usai pelaksanaan Pemilu 2024.
“Semua tokoh masyarakat, khususnya tokoh daerah maupun agama, diharapkan dapat memberikan nasihat damai. Khusus bagi umat Islam, mari bersiap fokus menata diri pada bulan suci Ramadan dan beribadah lebih giat lagi menjelang Hari Raya Idul Fitri,” kata KH. Badrul Munir.
Dirinya berharap semua pihak berwenang menjaga kedamaian usai pemilu. Untuk penyelenggara pemilu, yakni KPU dan Bawaslu, serta pemerintah hendaknya memberikan pemahaman kepada masyarakat sesuai dengan data yang masuk.
Mengenai hasil Pemilu 2024, dia berharap semua pihak dapat bersabar dan menahan diri untuk tidak menyebarkan informasi yang belum atau tidak jelas, apalagi menimbulkan provokasi di masyarakat.
“ Pada era media sosial seperti sekarang ini, informasi begitu bebas berkeliaran sehingga dengan mudah bertebaran hoaks atau editan,” pungkas KH. Badrul Munir. (trs)