Surabaya, newrespublika – Sebagai bentuk penyertaan modal ke PD RPH (Rumah Potong Hewan), pemkot Surabaya gelontorkan anggaran sekitar Rp17 miliar, Rp15 miliar untuk rumah potong Sapi di TOW dan Rp2 miliar untuk rumah potong unggas.
Tujuannya untuk menjaga kualitas produk serta kebersihan lingkungan dan juga aspek halal dari produk unggas atau ternak lainnya.
Kabid Bangunan Gedung DPR KPP Kota Surabaya, Iman Krestian mengatakan, setelah lebaran RPH Pegirian harus kosong, rencananya untuk tempat penampungan PKL yang ada di jalan Nyamplungan, tapi kita siapkan dulu tempat relokasinya.
“RPH Sapi tempatnya di belakangnya kantor kelurahan Tambak Osowilangon, untuk luas lahannya 1,2 Ha, sudah terbangun satu bangunan induk dan perlu tambahan untuk kantor pengelola dan peralatan,” ujar Iman Krestian di Surabaya, Jumat (19/1/2024).
Iman menjelaskan, untuk gedung induknya sudah dibangun tahun lalu 2023 dengan anggaran Rp 8 miliar, tahun ini Rp 15 miliar untuk pembangunan kandang, peralatan, kantor pengelola.
Dan ini konsepnya semi modern, soalnya PD RPH tidak mau terlalu modern karena masih mempertahankan fungsi jagal-jagal yang ada situ.
“Kalau terlalu modern nanti nggak padat karya jadinya, kan bisa kalau pakai mesin semua. Tapi RPH tidak mau, tetap memfasilitasi jagal-jagal yang ada disana. Tetap mempertahankan kearifan lokal,” terang Iman.
Untuk RPH Tambak Oso Wilangon (TOW) lanjut Iman, saat ini sama seperti pasar Karah masih tahap proses lelang, bulan Mei-Juni harusnya sudah selesai. Estimasi Agustus – September relokasi semua, Kawasan Ampel clear dari pemotongan.”Rencananya akan dibuat tempat wisata religi. ” tambahnya.
Terus ini dari RPH juga minta rumah potong unggas kita bangun beda lokasi, tepatnya di jalan Raya Jeruk atau di Banjar Sugihan. Jadi konsepnya, potong unggas kan di pasar-pasar, tidak boleh semua di pasar harus di rumah potong unggas.
“Rencananya nyebar dibeberapa lokasi, tapi ini yang prioritas di jalan Jeruk menganti, rumah potong unggas itu untuk seribu ekor butuh luas lahan 2000 M2. Rencana tahun ini dibangun, itu lebih simple tidak semasif babi atau sapi,” beber Iman Krestian.
Lebih lanjut Iman menjelaskan, untuk anggaran pembangunan dari PAD kota Surabaya, sebagai bentuk penyertaan modal dari pemkot berupa bangunan.
“Modelnya kita bangunkan, sebagai penyertaan modal berupa dia bangunan ke PD RPH,” pungkasya. (trs)