Surabaya, newrespublika – Berbagai upaya dilakukan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur untuk menumbuhkan rasa nasionalisme kepada generasi Z, dengan memberikan wawasan tentang perjalanan sejarah kemerdekaan Indonesia, terutama peran kiai dan santri dalam mempertahankan NKRI.
Perjuangan para kiai dan santri ini terekam dalam sejarah seruan Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945. Peristiwa heroik para santri hingga meletusnya perang 10 November ini menjadi tema besar dalam seminar nasional, yang digelar PWNU Jatim di 16 Perguruan Tinggi Negeri (PTN), maupun Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU).
Seminar ini merupakan rangkaian dari kegiatan peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 2024 yang diadakan PWNU Jatim.
“Kita ingin mengingatkan kepada generasi muda terutama anak-anak GenZ untuk mengerti sejarah masa lalu, bahwa kiai dan santri berperan penting dalam menggelorakan peristiwa 10 Nopember di Surabaya,” terang Koordinator Seminar Kebangsaan PWNU Jawa Timur, Prof Dr H Babun Suharto, SE, MM, Kamis (24/10/2024).
Wakil Ketua PWNU Jatim ini berharap para GenZ memahami dan menyadari bahwa peran kiai dan santri dalam mempertahankan Kemerdekaan Indonesia ini sangatlah besar.
“Dekrit Resolusi Jihad ini memacu semangat masyarakat dan anak-anak muda dari berbagai kalangan terutama santri, untuk turut serta berjuang melawan sekutu yang berada di Surabaya. Peristiwa ini kemudian melatarbelakangi ditetapkannya Hari Santri Nasional oleh pemerintah,” kata Prof Babun.
Dalam peristiwa itu, kata Prof Babun, seorang jenderal asal Inggris yakni Brigjend Mallaby tewas dalam pertempuran itu. Hal ini membuat sekutu Belanda dan NICA murka dan mengancam akan membumihanguskan Surabaya jika rakyat Indonesia tidak menyerah.
Ancaman itu justru memacu semangat dan keberanian santri untuk berjuang mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia.
“ Fatwa Resolusi Jihad oleh Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945 ini menyatakan kewajiban berjihad melawan penjajah bagi setiap muslim yang berada di radius 94 km dari keberadaan sekutu,” tegas Prof Babun.
Sejarah ini, kata Prof Babun, masih belum banyak diketahui oleh para GenZ. “Bersamaan momentum hari santri ini kami menggelar roadshow Seminar Kebangsaan di 16 PTN dan PTNU di Jatim. Kick offnya (Minggu, 21/10/2024) kemarin di Unisma, dan insyaallah nanti akan berakhir di kampus ITS bertepatan dengan Hari Pahlawan 10 November,” kata Prof Babun.
Ke-16 kampus tersebut yakni, Universitas Islam Malang (Unisma), IAIN Ponorogo, Universitas Islam Negeri Surabaya (UINSA), Universitas Islam Negeri (UIN) Tulungagung, Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Universitas Islam Negeri (UIN) Maliki Malang, dan Universitas Brawijaya (UB) Malang.
Selain itu, IAIN Kediri, Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar, Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Universitas Islam Darul Ulum (Unisda) Lamongan, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), UIN Jember, IAIN Madura, dan Institut Teknologi 10 November Surabaya (ITS).
Dalam seminar nanti, Mantan Rektor Rektor Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember ini berharap, seminar ini mampu menggugah kesadaran generasi muda tentang pentingnya menjaga semangat kebangsaan di tengah dinamika global yang semakin kompleks.
“Resolusi Jihad tidak hanya relevan dalam konteks sejarah, tetapi juga dalam konteks masa kini, sebagai inspirasi bagi Generasi Z untuk turut aktif dalam pembangunan bangsa,” tuturnya.
Ia menjelaskan, seminar ini telah digelar sejak Senin (21/10/2024) lalu di Universitas Islam Malang (Unisma). Acara kick off seminar kebangsaan ini dibuka langsung oleh Ketua PWNU Jatim KH Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin), didampingi sejumlah pengurus NU Jatim, pejabat kampus Unisma, dan para narasumber.
Dalam kesempatan itu, Gus Kikin mengingatkan para GenZ agar mengambil pelajaran dari nilai perjuangan ini untuk membawa bangsa ini lebih maju. Bahkan, jika para gen Z memiliki semangat perjuangan dan kesatuan, maka setiap permasalahan bangsa yang muncul bisa ditangani secara tepat dengan solusi akurat.
“Sebetulnya yang paling utama bagaimana ilmu di masa lalu bisa bermanfaat dan berpengaruh pada kehidupan saat ini untuk kehidupan di masa depan,” pesannya. (trs)