Surabaya, Respublika – Perkumpulan Pengusaha Bordir Indonesia (Persadir) Provinsi Jawa Timur, Jumat sore menggelar event fashion di gelaran Batik&Bordir 2023 di Convention Hall Grand City Surabaya.
Ketua Persadir Jatim, Siska Sumarsono mengatakan, event Persadir di Grand City ini bertepatan dengan pameran batik terbesar di Indonesia, dimana para pengusaha bordiran lebih mendekatkan diri kepada konsumen.
“Jatim memiliki sentra bisnis bordir yang tidak kalah dengan daerah lain di Indonesia. Sentra bisnis bordir atau sulaman diantaranya di, Pasuruan, Bangil, Jember, Ponorogo, Madiun,” ujarnya kepada media di Grand City Surabaya, Jumat (10/03/23).
Siska menjelaskan, Persadir ingin menyampaikan pesan kepada publik bahwa bordir itu bukan sesuatu yang jadul, namun bordir pun ikut mengikuti trend kekinian dari sebuah fashion batik.
“Dulu orang mau kondangan saja pakai batik, tapi saat ini busana batik digunakan tanpa batas ruang dan waktu. Baju batik bisa dipakai untuk acara santai, formal, kerja, atau aktifitas bisnis. Begitupun dengan bordir atau sulaman kain,” tutur Siska.
Dirinya menerangkan, untuk sementara anggota Persadir Jatim ada 70 pengusaha bordir dan ini akan terus bertambah, bahkan anggota kami ada yang memiliki pangsa pasar ekspor bordir seperti ke Jepang, Jordania, Belanda, AS, Italia, dan beberapa daratan eropa.
“Market bordir kini sangat bagus, baik pasar dalam negeri maupun luar negeri. Terbukti, tahun 2022 saja market bordir khusus Jatim menembus angka diatas Rp50 miliar. Terlebih kini sudah tidak ada pandemi, jadi kita optimis pasar bordir di 2023 semakin meningkat,” jelas Siska.
Dirinya kembali menambahkan, demand bordir akan naik saat moment jelang lebaran dan Imlek. Karena Imlek banyak permintaan bordiran baju corak merah dengan sulaman naga.
“Jadi, pangsa pasar bordir kedepan masih potensial seiring dengan berkembangnya dunia fashion,” pungkasnya. (trs)