Surabaya, Respublika – Terbentuk sejak tahun lalu, sanggar tari binaan Dinas Pendidikan Kota Surabaya di Kecamatan Tenggilis Mejoyo, menjadi favorit anak-anak kawasan Kendangsari, Rungkut dan Panjang Jiwo belajar tari tradisional.
Susi salah satu orang tua murid sanggar tari tersebut mengatakan, yang belajar menari jumlahnya lebih dari 60 siswa. Dari jenjang usia dini sampai pelajar SMA.
“Mereka ini dilatih oleh seorang guru tari dari Diknas. Ini kan memang program dari pemerintah kota Surabaya,” ujarnya pada Selasa (02/05/2023).
Lebih lanjut Susi mengatakan, jadwal latihan dilakukan setiap hari Sabtu di balai RW kawasan Mejoyo Tenggilis.
“Namun tempatnya kurang layak. Selain bangunannya yang sudah tua, kerap tergenang air kalau hujan. Curah hujan masuk dari seluruh sisi bangunan. Karena bangunan balai yang juga digunakan untuk sekolah PAUD ini tidak berdinding,” jelasnya.
Susi mengatakan, kondisi tersebut tidak mengendorkan semangat anak-anak untuk berlatih. Mereka selalu datang setiap Sabtu.
“Kalau hujan deras ya terpaksa tidak bisa latihan, karena tadi curah hujan masuk, kemudian menggenangi lantai. Jadinya berteduh saja. Karenanya kita berharap ada tempat yang lebih layak,” terangnya.
Menurut Susi, sanggar tari ini cukup berprestasi. Sering ikut berbagai lomba dan pernah menjadi juara satu.
Senada dengan wali murid, Wakil Ketua Komisi B DPRD Surabaya Anas Karno meminta Dinas terkait menyediakan tempat yang lebih representatif.
“Sayang kalau talenta-talenta anak-anak ini terhambat karena tempat mereka berlatih menari tidak representatif. Apalagi mereka ini bersemangat untuk berlatih,” jelasnya saat mendapat keluhan dari wali murid.
Lebih lanjut Legislator Fraksi PDIP Surabaya itu, mengapresiasi program pemerintah kota Surabaya tersebut. Karena selain memberikan kegiatan positif, juga mengenalkan kesenian tradisional sejak usia dini.
“Ini kan salah satu upaya melestarikan budaya tradisional. Tapi butuh perhatian serius. Salah satunya menyediakan tempat latihan yang layak,” pungkasnya. (trs)