Surabaya, Respublika – Ketua Komisi D DPRD Surabaya, Khusnul Khotimah, mendapat sejumlah aspirasi saat menghelat reses tahun keempat masa persidangan kedua tahun anggaran 2023 di wilayah Bulak Jaya, Kelurahan Wonokusumo, Kecamatan Semampir, Selasa (24/1) malam.
Bertempat di Balai RW 15, aspirasi pertama datang dari pengurus kampung. Yakni, terkait data keluarga miskin yang belum merata. Dilaporkan banyak warga kurang mampu di Bulak Jaya yang tak lagi tercover bantuan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Rumah mereka luput stiker keluarga miskin. Padahal, puluhan warga itu sebelumnya mendapat intervensi.
“Masukan pertama terkait data kemiskinan. Ada banyak warga yang layak (menerima bantuan), tetapi tidak terjamah. Semestinya dapat bantuan, tetapi ini belum dapat. Kami di Komisi D bersama Dinsos Surabaya akan membahas permasalahan ini,” respons Khusnul.
Selanjutnya, aspirasi digaungkan oleh Kader Surabaya Hebat (KSH). Para kader berharap, ada penambahan anggaran untuk program pemberian makanan tambahan (PMT) bagi balita. Hal ini selaras dengan usulan Khusnul Khotimah, yang turut mendorong agar alokasi anggaran Rp5000 per balita dinaikkan.
“Pemkot mengalokasikan PMT Rp5000 per balita. Bentuknya snack. Nah, sudah selayaknya dinaikkan menjadi Rp6000 atau Rp7000, karena dasar (bahan baku) pembuatan makanan juga mengalami kenaikan,” terangnya.
Politisi perempuan PDI Perjuangan ini juga mendapat sambatan dari kalangan ibu-ibu dan bapak-bapak Bulak Jaya. Ternyata tidak sedikit warga setempat yang merindukan program Posyandu Lansia kembali digulirkan. Terutama di Kelurahan Wonokusumo.
“Para bapak dan ibu juga menanyakan perihal kegiatan Posyandu Lansia yang dirindukan. Tentu kami mendorong ini agar bisa kembali dijalankan. Sebab, melalui kegiatan di Posyandu Lansia itu akhirnya banyak bapak-ibu yang memanfaatkan untuk saling berinteraksi maupun berolahraga,” ujar Khusnul.
Terakhir, Ning Kaka, sapaan karib Khusnul Khotimah, dihampiri secara khusus oleh seorang ibu penyandang tunanetra. Sekelumit kisah ibu tersebut diutarakan. Salah satunya mengenai tempat tinggal beliau yang membutuhkan intervensi Pemkot Surabaya.
“Saya mendapati seorang ibu tunanetra. Beliau memohon bantuan agar kiranya rumah beliau dapat direnovasi melalui program Dandan Omah. Tetapi sayangnya, asetnya itu atas nama PT KAI, sehingga ini agak sulit untuk diusulkan,” urai Ning Kaka.
Meski demikian, Ning Kaka memastikan akan menindaklanjuti dan mendorong pengurus kampung untuk membersamai. Selain via program Dandan Omah, opsi lain dapat mengajukan bantuan Rutilahu melalui Baznas Surabaya.
“Masih sangat mungkin intervensi dapat diberikan melalui Baznas. Hanya saja perlu dilihat kembali ikatan hukumnya, apakah beliau sewa atau tidak,” jelasnya.
“Di samping itu, beliau juga berharap diberi bantuan agar bisa membuka klinik pijat khusus tunanetra. Sebab, beliau saat ini mengenyam pendidikan pemijatan tunanetra yang berada di Siwalankerto,” sambung Ning Kaka. (trs)