Surabaya, Respublika – Sayembara desain arsitektur kawasan penunjang wisata Ampel telah rampung. Kompetisi desain yang digelar Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya bekerja sama dengan Krearture, akhirnya menghasilkan tiga pemenang. Pengumuman tiga pemenang ini digelar dalam awarding yang berlangsung di Lobby Lantai 2 Balai Kota Surabaya, Selasa (23/8/2022).
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyampaikan, salah satu tujuan dari sayembara desain Wisata Ampel adalah melibatkan masyarakat dalam pembangunan Kota Pahlawan. Khususnya, yang sekarang digelar terkait rencana pengembangan kawasan penunjang Wisata Ampel.
“Karena saya ingin membangun Kota Surabaya dengan pemikiran bukan hanya dari pemkot. Karena kita punya banyak partner dan talenta-talenta muda yang luar biasa dan itu memiliki kreasi yang sangat tinggi,” kata Wali Kota Eri Cahyadi mengawali sambutannya.
Oleh sebabnya, Wali Kota Eri Cahyadi meminta jajarannya agar ke depan dapat pula menerapkan konsep sayembara tersebut. Yakni, dengan melibatkan masyarakat dan stakeholder terkait pada setiap rencana pembangunan kawasan.
“Misalnya akan membangun SWK (Sentra Wisata Kuliner) itu juga bisa dilombakan. Bagaimana desainnya itu bisa dibuat nyaman dan anak-anak muda bisa datang. Jadi sekarang mindset kita harus mulai dibuka,” pintanya.
Mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya meyakini, dengan cara pemkot membuka diri melalui pelibatan masyarakat, maka hal itu justru akan lebih mengangkat potensi-potensi yang ada. Karena baginya, kesempurnaan itu akan terjadi ketika pemerintah bersama seluruh elemen dapat saling berkolaborasi.
“Jadi dengan itu kita bisa menyempurnakan. Nah, disinilah peran serta masyarakat, peran serta milenial dalam perencanaan. Sehingga semua orang nantinya merasa saling memiliki,” harapnya.
Di waktu yang sama, Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman serta Pertanahan (DPRKPP) Kota Surabaya, Irvan Wahyudrajat menjelaskan, sayembara desain arsitektur kawasan penunjang Wisata Ampel dimulai sejak tanggal 16 Juni 2022. Gelaran ini diikuti sebanyak 216 tim atau individu dari 16 kota/kabupaten di seluruh Indonesia.
“Setelah melalui dua kali tahapan penjurian, maka lima karya terbaik dipilih untuk mendapatkan juara satu, dua dan tiga. Kemudian dua peserta lainnya mendapatkan Honorable Mentions,” kata Irvan.
Ia menyampaikan, sebagaimana arahan Wali Kota Eri Cahyadi, sayembara ini digelar untuk mengajak masyarakat ikut berpartisipasi dalam pembangunan kawasan. Baik itu mulai dari tahapan perencanaan atau desain sampai kepada pelaksanaan.
“Jadi tidak hanya harus menggunakan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah), tapi pihak swasta, desainer, akademisi, arsitektur-arsitektur muda itu sebenarnya punya talenta-talenta keinginan untuk berkontribusi bagi Kota Surabaya,” jelasnya.
Mantan Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Surabaya itu menyatakan, bahwa sayembara ini tak hanya digelar untuk rencana pembangunan kawasan Wisata Ampel. Melainkan pula ke depan konsep yang sama juga akan diterapkan ke kawasan-kawasan lainnya.
“Jadi program atau proyek apapun pemerintah itu nanti melibatkan akademisi, desainer, swasta maupun pengembang untuk bersama-sama gotong-royong membangun Kota Surabaya. Sehingga ada rasa ikut saling memiliki dari warga Kota Surabaya,” kata Irvan.
Karya dari para pemenang itu nantinya akan dikombinasikan untuk kemudian dijadikan grand design kawasan penunjang Wisata Ampel. Dalam proses pengkombinasian itu, Irvan menyatakan, pihaknya juga melibatkan tim cagar budaya maupun tim bangunan gedung.
“Sehingga dihasilkan kombinasi yang terbaik. Tidak hanya desainernya, kami juga akan melibatkan masyarakat di sana. Tidak hanya sebagai objek, tapi masyarakat di sana sebagai subject. Karena peran serta yang diikutsertakan masyarakat sekitar Ampel itu juga sangat penting,” imbuhnya.
Sementara itu, Adithya Wira Ekaraga adalah salah satu perwakilan dari peserta sayembara desain arsitektur kawasan penunjang Wisata Ampel. Dengan mengangkat karya berjudul “Tuah Ing Ampeldenta”, ia bersama timnya berhasil menyabet juara pertama.
“Dari segi arsitekturnya itu kita melihat inspirasi dari bangunan cagar budaya di sekitarnya. Kemudian untuk elemen islamic, kita melihat dari bangunan Masjid Ampel,” kata Adit.
Adit mengungkapkan, konsep desain yang diusung “Tuah Ing Ampeldenta” lebih banyak menonjolkan struktur Ruang Terbuka Hijau (RTH). Alasannya, kata dia, selain bertujuan menunjang kawasan Wisata Religi Ampel, juga untuk mendukung pemukiman masyarakat di sekitarnya. “Ada juga gedung parkir komunal, kemudian memang terkait dengan kebutuhan penunjang seperti museum dan lain sebagainya,” pungkasnya. (trs)