Surabaya, Respublika – Dalam rangka mensosialisasikan penerapan National Logistics Ecosystem (NLE) di bisnis logistik dalam negeri, Kantor Bea Cukai Tanjung Perak Surabaya menggelar pertemuan dengan pengusaha logistik.
Pertemuan yang dikemas dalam acara ‘Coffe Morning’ Spesial Penataan Ekosistem Logistik Nasional juga untuk membina hubungan baik dan profesional dengan pengguna jasa.
Coffee Morning digelar di gelar di Auditorium Lantai 2, Bea Cukai Tanjung Perak pada Rabu (30/8).
Dwijanto Wahjudi, Kepala Kantor Bea Cukai Tanjung Perak mengatakan, untuk mewujudkan logistik nasional yang tangguh, perlu kolaborasi antar stakeholder sehingga makin mudah, efisien dan cepat.
“Dan pada akhirnya semua pengguna National Logistics Ecosystem (NLE) puas dengan hasilnya. Setelah itu, akan meningkat menjadi kompetitif,” kata Dwijanto di Kantor Bea Cukai Tanjung Perak, Rabu (30/08/2023).
Dwijanto menambahkan, tetap butuh perbaikan secara kontinyu, sebab di dalam platform NLE banyak sekali aplikasi.
Dengan demikian Dwijanto meyakini logistik performa index Indonesia bisa naik peringkatnya. Maka dari itu, ia mendukung terciptanya satu kawasan, yang meliputi 4 pelabuhan.
Ia menyebut, keempat kawasan pelabuhan itu, meliputi Priok, Belawan, Makassar dan Perak.
Namun lanjut, saat ini masih tekendala dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas 1 yang belum WPK. Dan baru akan terwujud pada 2024 mendatang.
“Tinggal satu itu yang belum, Ini menjadi bagian dari tangga menuju itu. Maka nanti prosesnya makin cepat, mudah murah memuaskan. Maka ini bagian dari efisiensi NLE,” terangnya.
Sementara itu, Maksi Drivandi Madya T, Ketua Tim NLE Bea Cukai Tanjung Perak berharap, pengguna jasa bisa mengoptimalkan pemanfaatan NLE, sebagai platform pelayanan logistik pengguna jasa.
Ia menerangkan, untuk sektor kolaborasi, tidak hanya Bea Cukai sebagai leader atau sebagai penggerak utama. Namun, ia juga meminta semua kementerian, lembaga serta pihak swasta.
“Hal ini untuk memudahkan pengguna jasa dalam setiap transaksi logistik, tracking shipping, warehousing. Nah itu bisa dimanfaatkan sebaik mungkin,” tuturnya.
Karena disini kita transparan, sistem satu pintu, saat my document langsung ada respon dari sistem INSP untuk mengakomodasi NLE,” terangnya.
Kendati begitu, Maksi mengakui sistem ini masih kurang familiar, karena masih baru sehingga pengguna jasa masih merasa gamang.
“Biasanya kan mereka keluar kantor, mengurus dokumen impor, dokumen karantina, pengangkutan dan semua. Tapi kami sampaikan, juga pengapalan shipping pun sudah di dalam satu platform NLE,” ujarnya.
Jadi, kata Maksi, pengapalan tidak harus ke perusahaan bayaran, atau dengan mengontak operator, untuk mengetahui posisi barang tersebut.
“Karena sudah ada di dalam platform NLE,” pungkas Maksi Drivandi Madya. (trs)