Surabaya, Respublika – Ada peristiwa yang unik dan menarik di HUT RI ke-77, dimana Anggota Komisi A DPRD Kota Surabaya, Imam Syafii merayakan HUT RI bersama eks Napi Teroris (Napiter) dengan nasi tumpeng berbendera merah putih, Rabu (17/08/22).
Adalah Muhammad Saifudin Umar alias Abu Fida, eks Narapida Teroris (Napiter) yang dulu pernah menjadi tokoh utama dalam deklarasi Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) di Jawa Timur.
Mantan anggota JI (Jamaah Islamiyah) dan JAT (Jamaah Anshorut Tauhid) ini merupakan satu di antara 18 eks napiter yang tinggal di Surabaya. Sedangkan di seluruh Jatim ada 150-an eks napiter.
Pada tahun 2004 Abu Fida ditangkap aparat keamanan karena dituduh pernah menyembunyikan Dr Azhari dan Noordin Mohd Top. Kedua warga Malaysia ini merupakan buronan utama teroris di tanah air.
Abu Fida sempat diperiksa secara intensif oleh petugas selama sebulan dari satu hotel ke hotel lainnya. Dia baru dibebaskan setelah media massa ramai memberitakannya. Kabarnya petugas tidak pernah memberikan surat penangkapan dan penahanan guru ngaji itu kepada keluarganya.
Tahun 2014, Abu Fida kembali dibekuk Densus 88 Antiteror usai ceramah dan deklarasi ISIS di salah satu masjid di Solo. Alumni Pesantren Gontor ini divonis 3 tahun (dari tuntutan 4 tahun penjara). Dua tahun dipenjara di Mako Brimob, dan 1 tahun meringkuk di Lapas Magelang.
“Alhamdulillah, dihari kemerdekaan Indonesia ini, saya bisa merayakannya. Saya kembali ke pikiran-pikiran yang relatif normal. Sehingga tidak keras seperti dahulu, mudah-mudahan pertemanan ini saling menjaga untuk mewujudkan kesatuan bangsa Indonesia,” kata Abu Fida di rumahnya, Jalan Sidotopo Lor, Surabaya, Rabu (17/8/2022).
Abu Fida yang baru tahun ini masuk Program Doktoral S3 di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) jurusan Studi Islam ini menceritakan di masa menjadi kombatan di Pakistan dan Afghanistan sebelum diterima kuliah di Ummul Qurra Makkah jurusan aqidah.
“Disana tiap hari saya bawa AK-47 saat bersama Osama Bin Laden ketika di Afghanistan. Orangnya loman (dermawan), punya istri tiga atau empat seingat saya,” ujarnya, Rabu (17/08/22).
Abu Fida yang bapaknya dulu polisi berdinas di Polda Jatim menjelaskan, kegiatannya sebagai mantan napiter saat ini hanya berdagang. Dan melanjutkan menjadi guru mengaji, di beberapa masjid.
Ia juga mengapresiasi upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol), telah memfasilitasi para mantan napiter untuk mengembangkan perdagangannya melalui aplikasi Pemberdayaan dan Ketahanan Ekonomi Nang Suroboyo atau e-Peken.
“Saya menjual beberapa obat herbal dan beberapa sembako di aplikasi e-Peken,” jelasnya.
Ia menyarankan kepada generasi muda Surabaya untuk selalu memperhatikan bacaan, terutama online. Dikarenakan media online banyak referensi bacaan islam, dari berbagai media yang tidak ada batasan dan batas waktu.
Maka, perlu adanya komunikasi antara generasi muda dengan para ulama-ulama yang kompeten dalam kajian bacaan islam. Apalagi di era digital yang informasinya tidak terbatas.
“Sehingga tidak menimbulkan tafsiran-tafsiran negatif, terhadap lingkungan. Terutama keutuhan stabilitas nasional,” tuturnya.
Sementara itu, Imam Syafi’i menyebut sosok Abu Fida merupakan salah satu tokoh yang memiliki potensi untuk menarik orang-orang yang berjalan ke jalan radikal, kembali ke jalan yang normal.
Menurutnya, Abu Fida pernah berjalan di ideologi radikalisme selama puluhan tahun. Maka, di momentum HUT Kemerdekaan RI ke-77 ini pihaknya mengajak para mantan napiter juga berperan bersama-sama.
“Yang paling penting, orang-orang seperti Abu Fida ini dan mantan Napiter lainnya, setelah kembali ke lingkungan masyarakat, jangan malah dikucilkan. Harusnya, kita membersamai mereka, supaya mereka mengisi kemerdekaan ini bersama-sama kita,” kata Imam.
Lebih lanjut, saat ini sebagian besar para mantan Napiter ini berdagang dan Pemkot Surabaya berupaya untuk memfasilitasi mereka. Mulai dari mendaftarkan di aplikasi e-Peken, hingga mendorong pengurusan izin berdagangnya.
“Kalau para mantan Napiter ini sudah punya akun e-Peken. Kemudian, mereka mendapat rejeki dari situ, kan nanti tidak mudah tergoda dari aliran-aliran keras itu lagi,” pungkasnya. (trs)