Sukadar, Respublika – Wakil Walikota Surabaya Armuji sidak Puskesmas Dr soetomo. Sebelum mendapatkan laporan dari Rumah aspirasi terkait puskesmas stok susu yang di suruh beli dan telat.
Bambang orang tua dari ananda Aprilia Syifa yang mengidap SLE,kurang gizi,dan tdk mau makan dan Diagnosa lupus nefritis, sekundum sedang besar , bronkeaktasis, modelate malnutrisi dan stunted. Mengadu ke terkait pemberian susu dari puskesmas, Yaitu susu SGM optigrow 1+ dikarena harus beli dan selalu telat
Wakil Walikota Surabaya, Armuji menyebutkan berdasarkan keterangan dari Pihak Puskesmas , keterlambatan diakibatkan pergeseran anggaran.
“ Hal – hal teknis seperti ini perlu diantisipasi lagi supaya dalam pelaksanaannya tidak ada kendala dalam penanganan balita serta pemenuhan gizi balita stunting,” ujar Armuji, Kamis (06/07/2023).
Dirinya menyebutkan bahwa penanganan Stunting menjadi perhatian serius bagi pemerintah Kota Surabaya dibawah kepemimpinan Eri Cahyadi – Armuji. Upaya penanganan stunting dilakukan mulai hulu hingga hilir terbukti dapat menekan hingga saat ini tersisa 651 Balita.
” Keterlibatan banyak pihak dan kolaborasi menjadi kunci keberhasilan untuk dapat menekan angka stunting , oleh karena itu kewajiban kita agar Puskesmas juga dapat melayani dengan optimal,” tegas Cak Ji sapaan akrab Armuji.
Adapun data prevalensi stunting di Kota Surabaya pada tahun 2021 tercatat mencapai 28,9 persen (6.722 balita), di akhir 2022 turun signifikan hingga ke angka 4,8 persen (923 balita). Selanjutnya pada tahun 2023, per 30 Juni 2023, tercatat hanya tersisa 651 balita, termasuk balita yang mengalami penyakit yang sulit disembuhkan.
Selain itu, ia sangat yakin dengan adanya PKK, KSH, LPMK, tim pendamping keluarga, RT-RW yang saat ini sudah bisa melihat angka stunting di wilayahnya, maka akan terpacu untuk saling membantu sehingga tercipta guyub rukunnya. (trs)